Bisnis
Audit Mengungkap: 4 Data Palsu di Efishery Gibran
Ketidaksesuaian yang mencolok dalam laporan keuangan eFishery di bawah kepemimpinan Gibran Huzaifah menimbulkan pertanyaan mendesak—apa konsekuensi yang akan dihadapi oleh perusahaan dan para pemimpinnya?

Penyelidikan kami terhadap eFishery di bawah Gibran Huzaifah mengungkapkan ketidaksesuaian yang mengkhawatirkan. Pertama, pendapatan yang dilaporkan dibesar-besarkan dari Rp2,6 triliun menjadi Rp12,3 triliun. Kedua, keuntungan yang diklaim ke luar bertentangan dengan kerugian internal. Ketiga, jumlah fasilitas operasional sangat dilebih-lebihkan dari 24.000 menjadi lebih dari 400.000. Terakhir, ada bukti pemalsuan dokumen untuk salah menggambarkan kesehatan keuangan. Manipulasi ini menimbulkan pertanyaan serius tentang etika dan tata kelola. Masih banyak lagi yang harus diungkap tentang implikasi dari temuan ini.
Saat kita menyelidiki ketidaksesuaian yang mengkhawatirkan di bawah kepemimpinan Gibran Huzaifah di eFishery, sangat penting untuk menganalisis kontras mencolok antara angka yang dilaporkan dan kenyataannya. Laporan keuangan menunjukkan gambaran yang mencolok, dengan dokumen internal eFishery menunjukkan pendapatan hanya Rp2,6 triliun untuk periode Januari hingga September 2024. Sebaliknya, laporan eksternal mengklaim pendapatan yang mengejutkan sebesar Rp12,3 triliun selama periode yang sama. Diskrepan yang mencolok ini segera menimbulkan kekhawatiran mengenai integritas data yang dilaporkan dan mengundang pengawasan terhadap praktik yang menyebabkan inflasi seperti itu.
Lebih lanjut, laba sebelum pajak yang dilaporkan secara eksternal berdiri di angka Rp261 miliar, tetapi laporan internal menunjukkan gambaran yang suram, mengungkapkan kerugian mencengangkan sebesar Rp578 miliar. Diskrepan keuangan ini tidak hanya menyoroti potensi manipulasi tetapi juga menyajikan risiko signifikan bagi pemangku kepentingan yang mengandalkan pelaporan keuangan yang akurat untuk membuat keputusan yang tepat. Ketika angka-angka tidak selaras, kita harus mempertanyakan motif di balik kontradiksi tersebut.
Menambah kekhawatiran kita adalah klaim Gibran Huzaifah bahwa beroperasi lebih dari 400.000 fasilitas pemberian makan. Kenyataannya, hanya sebagian kecil dari angka tersebut, dengan fasilitas operasional yang sebenarnya hanya berjumlah sekitar 24.000. Inflasi operasional ini tidak hanya salah menggambarkan skala operasi eFishery tetapi juga mengurangi kredibilitas kepemimpinannya. Jika dasar dari kesuksesan perusahaan dibangun di atas angka yang dipompa, kita hanya dapat bertanya-tanya apa lagi yang mungkin salah disajikan.
Selain itu, telah muncul laporan yang menunjukkan bahwa lima perusahaan didirikan di bawah kontrol Gibran untuk memanipulasi catatan keuangan lebih lanjut. Entitas-entitas ini tampaknya hanya ada untuk tujuan memompa pendapatan dan pengeluaran, menciptakan ilusi profitabilitas. Tindakan penipuan ini tidak hanya melanggar standar etika tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang struktur tata kelola yang ada di eFishery.
Situasi memburuk pada tahun 2023 ketika kasus pemalsuan dokumen, termasuk faktur palsu dan kontrak, terungkap. Tindakan tersebut dilaporkan sebagai bagian dari strategi yang lebih luas untuk salah menggambarkan kesehatan keuangan eFishery, dengan tujuan mengamankan pembiayaan Seri A melalui praktik menipu.
Saat kita menganalisis temuan ini, semakin jelas bahwa ketidaksesuaian dan klaim yang dilebih-lebihkan ini menimbulkan risiko signifikan terhadap integritas operasi eFishery. Bagi audiens yang menghargai transparansi dan kebebasan, sangat penting untuk menuntut akuntabilitas dan memulihkan kepercayaan pada sistem keuangan yang mengatur entitas semacam itu.