Nasional
Kemacetan Ekor di Tanjung Priok, Pramono Akan Memberikan Peringatan Keras kepada Pelindo dan Operator
Sekarang menghadapi kekacauan lalu lintas yang belum pernah terjadi sebelumnya, Pramono Anung bersiap untuk memberikan peringatan keras kepada Pelindo dan operator pelabuhan—apakah itu akan cukup untuk mencegah bencana di masa depan?

Seperti yang kita saksikan pada malam 16 April 2025, Tanjung Priok menjadi tempat kekacauan ketika lebih dari 7.000 truk berkumpul di pelabuhan, jauh melebihi kapasitas harian sebanyak 2.500. Lonjakan kendaraan yang luar biasa ini dipicu oleh kedatangan tiga kapal sekaligus, yang menghasilkan total volume penanganan kargo yang melampaui 4.000. Hasilnya adalah kemacetan lalu lintas yang parah yang meninggalkan antrian panjang kendaraan, mengganggu transportasi di seluruh Jakarta secara signifikan.
Pihak berwenang setempat menggambarkan situasi tersebut sebagai “mengerikan.” Saat kita terjebak dalam kemacetan, menjadi jelas bahwa logistik dan manajemen lalu lintas di pelabuhan tidak dilengkapi untuk menangani peningkatan sebesar ini. Frustrasi yang dirasakan oleh pengemudi dan pemangku kepentingan sangat nyata, dan dengan cepat menjadi jelas bahwa ini bukan hanya insiden sekali waktu tetapi gejala dari masalah sistemik yang lebih dalam.
Kesalahan Gubernur Pramono Anung mencerminkan perasaan kita sendiri ketika dia menyatakan ketidakpuasannya dengan masalah lalu lintas yang berulang kali terjadi di Tanjung Priok. Gubernur mengumumkan rencana untuk memberikan peringatan ketat kepada PT Pelindo dan operator pelabuhan lainnya atas mismanajemen mereka. Kami semua merasa langkah ini perlu, karena skala kemacetan lalu lintas menyoroti kebutuhan akan strategi manajemen lalu lintas yang efektif.
Kegagalan pemerintah daerah dalam mengantisipasi peningkatan aktivitas kargo dan permintaan kendaraan yang dihasilkan menunjukkan kurangnya kesiapan yang tidak bisa diabaikan. Ketidakpuasan publik dengan cara penanganan situasi ini telah menyebabkan peningkatan tuntutan untuk solusi yang lebih efektif untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.
Kita harus menuntut akuntabilitas dan peningkatan dalam logistik pelabuhan, yang penting untuk kelancaran jaringan transportasi. Kebebasan kita untuk bergerak tidak boleh terhambat oleh mismanajemen di titik-titik infrastruktur kritis seperti Tanjung Priok.
Kekacauan yang kita alami malam itu berfungsi sebagai panggilan bangun. Ini adalah pengingat bahwa kita perlu mendorong sistem manajemen lalu lintas yang lebih baik dan logistik pelabuhan yang ditingkatkan untuk memastikan jalanan kita tetap bersih dan fungsional.
Jika kita ingin menghindari pengulangan “horor kemacetan ekor,” kita harus mendorong perubahan yang mengutamakan efisiensi dan responsivitas dalam menangani lalu lintas kargo. Waktunya untuk bertindak adalah sekarang, dan bersama-sama, kita bisa berkontribusi dalam menciptakan kerangka kerja transportasi yang lebih andal dan efektif untuk semua orang.