Kriminalitas

Pedagang Pasar di Banjaran “Ditahan” oleh Preman, Uang Receh sebagai Persembahan Harian

Pedagang di Banjaran menghadapi pemerasan harian dari preman, membuat mereka rentan dan takut—apakah mereka akan bersatu demi pasar yang lebih aman?

Sebagai pedagang di Pasar Banjaran menjalani rutinitas harian mereka, mereka menemukan diri mereka terjebak dalam siklus pemerasan dan intimidasi yang mengkhawatirkan oleh preman lokal. Setiap hari, kami menghadapi kenyataan suram harus membayar sejumlah uang kecil, dengan laporan menunjukkan bahwa pembayaran ini berkisar antara Rp 2.000 hingga Rp 20.000. Ini bukan hanya beban keuangan; ini adalah pengingat setiap hari betapa rentannya kami dalam mencari nafkah.

Taktik pemerasan yang digunakan oleh para preman ini sangat licik. Mereka sering menggunakan intimidasi, memegang senjata tajam dan membuat ancaman yang menanamkan rasa takut yang nyata di antara kami. Banyak dari kami merasa terjebak, yakin bahwa melaporkan kejahatan ini hanya akan memperparah kekerasan. Suasana ketakutan begitu merajalela sehingga menghambat kemampuan kami untuk bekerja secara bebas, merusak esensi keselamatan pedagang. Kami tidak hanya menghadapi tekanan keuangan; kami juga bergulat dengan beban emosional karena hidup dalam ketakutan yang terus-menerus.

Baru-baru ini, situasi memburuk secara mencolok ketika muncul laporan tentang pedagang yang disandera, dengan para preman menuntut uang receh sebagai bentuk tebusan harian. Perkembangan suram ini menegaskan tingkat keparahan masalah pemerasan dan menimbulkan pertanyaan penting tentang keselamatan dan integritas pasar kami. Bagaimana kami bisa terus beroperasi dalam kondisi seperti ini? Jelas bahwa ancaman yang kami hadapi tidak hanya mempengaruhi pedagang individu tetapi juga ekonomi lokal secara keseluruhan. Beberapa dari kami mempertimbangkan untuk meninggalkan pasar sama sekali, yang dapat menciptakan kekosongan besar yang berpotensi berdampak negatif jangka panjang bagi komunitas kami.

Ada sedikit harapan setelah operasi polisi pada 20 Mei 2025, di mana lebih dari 150 preman yang diduga diamankan. Langkah ini memberi rasa lega sementara, tetapi kami tahu bahwa akar penyebab pemerasan ini harus diatasi agar ada perubahan yang berkelanjutan. Kenyataannya adalah bahwa ancaman kekerasan dan tekanan keuangan yang terus-menerus masih membayangi kami, membuat sulit untuk merencanakan masa depan.

Saat kami merenungkan situasi kami, kami harus memperjuangkan hak-hak kami dan menuntut tindakan. Kami berhak mendapatkan lingkungan pasar di mana keselamatan pedagang menjadi prioritas, dan di mana pemerasan bukanlah hal yang biasa. Saatnya untuk bersatu dan mencari solusi yang memberdayakan kami, memastikan bahwa kami dapat menjalankan usaha tanpa rasa takut atau intimidasi. Bersama-sama, kita dapat berjuang untuk masa depan yang lebih aman dan adil di Pasar Banjaran.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Trending

Exit mobile version