Hiburan Masyarakat
Tidak Sesuai Target, Wisatawan ke Bandung Saat Libur Lebaran Hanya 300 Ribu
Sayangnya, pariwisata liburan Eid di Bandung jauh dari harapan, menimbulkan pertanyaan tentang masa depan daya tarik pariwisatanya. Faktor apa saja yang menyebabkan penurunan ini?

Saat kita merenungkan libur Lebaran baru-baru ini dari 28 Maret hingga 7 April 2025, jelas bahwa sektor pariwisata Bandung menghadapi tantangan besar, dengan hanya menarik 370.718 pengunjung—jauh di bawah target ambisius sebesar 1 juta. Kenyataan yang mencolok ini menyoroti pergeseran tren wisatawan yang mengkhawatirkan, karena kita melihat penurunan dari tahun-tahun sebelumnya.
Pada tahun 2024, kita menyambut 71% lebih banyak wisatawan, tetapi tahun ini, persentasenya menurun menjadi sekitar 55-56%. Penurunan yang tajam ini menimbulkan pertanyaan tentang apa yang sedang terjadi di lanskap ekonomi yang lebih luas.
Kita tidak bisa mengabaikan dampak ekonomi terhadap keputusan perjalanan. Banyak calon pengunjung menyebutkan menurunnya daya beli konsumen sebagai hambatan signifikan dalam rencana perjalanan mereka. Jelas bahwa kondisi ekonomi secara langsung memengaruhi kemampuan kita untuk menarik wisatawan.
Selain itu, adanya tarif impor sebesar 32% yang dikenakan oleh AS menambah tekanan pada perekonomian, memengaruhi segala hal mulai dari biaya perjalanan hingga bisnis lokal. Tarif ini kemungkinan besar telah membuat banyak orang ragu untuk merencanakan perjalanan, terutama ketika anggaran mereka terbatas.
Kita juga melihat atraksi-atraksi tertentu di Bandung, seperti Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda, mengalami penurunan jumlah pengunjung yang signifikan. Pada hari-hari puncak, jumlah pengunjung harian maksimum turun dari 5.000 menjadi hanya 3.500. Hal ini tidak hanya mencerminkan penurunan minat, tetapi juga menunjukkan perubahan dalam prioritas pengalaman perjalanan pengunjung.
Apakah kita menjadi lebih selektif dalam memilih tempat berwisata? Tampaknya begitu.
Selain itu, tingkat hunian hotel di kawasan Lembang menunjukkan cerita yang serupa. Dengan tingkat hunian hanya mencapai 70%, turun dari 73% tahun lalu, jelas bahwa sektor perhotelan merasakan tekanan. Statistik ini lebih dari sekadar angka; mereka mewakili bisnis dan mata pencaharian nyata yang terdampak oleh tren wisata yang berubah ini.
Saat kita menganalisis situasi ini, sangat penting bagi kita untuk melihat ke depan. Apa yang bisa kita lakukan untuk membalik tren ini dan menarik kembali wisatawan ke Bandung?
Kita harus mengidentifikasi strategi pemasaran inovatif dan mungkin mempertimbangkan kolaborasi dengan bisnis lokal untuk menciptakan paket menarik yang mampu menarik pengunjung meskipun menghadapi tantangan ekonomi.